tes


Apa sih yang dimaksud adblock killer di blog itu?
Adblock killer menurut saya sendiri ialah sebuah pesan yang disuruh disable adblock ketika ada pengunjung yang memakai adblock, nah untuk melanjutkan surfing atau melihat blog kita harus disable adblock nya terlebih dahulu. Seperti gambar berikut contohnya atau bisa dicoba di blog saya trus anda pakai adblock yang aktif.
Memasang Adblock Killer Di Blog

Terus apa kegunaanya?
Bagi publisher adsense mungkin adblock ialah musuh tersendiri, soalnya jika pengunjung pakai adblock otomatis iklan adsense tidak muncul..
Terus apa tidak menganggu pengunjung?
Kalau menurut saya si tidak soalnya iklan adsense beda sama iklan - iklan lainya seperti contoh iklan pop up yang sangat menganggu jika berlebihan memasang iklan pop up, kalau adsense beda lagi.

Tentunya blog juga butuh biaya to contohnya kuota, trus domain jika pakai domain tld dll.
Setidaknya sama - sama dapat, pengunjung dapat info yang dicari, sedangkan admin blog butuh iklanya tayang.

Oke langsung saja menuju tutorial untuk  Memasang Adblock Killer Di Block berikut :
  • Buka dasbor blogger nya
  • Buka tata letak
  • Tambahkan gadget -> terus pilih html/java script
  • Copy and paste kode dibawah ini di dalam konten


<style>#g207{position:fixed!important;position:absolute;top:0;top:expression ((t=document.documentElement.scrollTop?document.documentElement.scrollTop:document .body.scrollTop)+"px"); left:0;width:100%;height:100%;background-color:#fff;opacity:0.9;filter:alpha(opacity=90);display:block}#g207 p{opacity:1;filter:none;font:bold 16px Verdana,Arial,sans-serif;text-align:center;margin:20% 0}#g207 p a,#g207 p i{font-size:12px}#g207 ~ *{display:none}</style><noscript><i id=g207><p>Please enable JavaScript!<br />Bitte aktiviere JavaScript!<br />S'il vous pla&icirc;t activer JavaScript!<br />Por favor,activa el JavaScript!<br /><a href="http://antiblock.org/">antiblock.org</a></p></i></noscript><script>(function(w,u){var d=w.document,z=typeof u;function g207(){function c(c,i){var e=d.createElement('i'),b=d.body,s=b.style,l=b.childNodes.length;if(typeof i!=z){e.setAttribute('id',i);s.margin=s.padding=0;s.height='100%';l=Math.floor(Math.random()*l)+1}e.innerHTML=c;b.insertBefore(e,b.childNodes[l-1])}function g(i,t){return !t?d.getElementById(i):d.getElementsByTagName(t)};function f(v){if(!g('g207')){c('<p>Please disable your ad blocker!<br/>This site is supported by the advertisement <br/> Please disable your ad blocker to support us!!! </p>','g207')}};(function(){var a=['Adrectangle','PageLeaderAd','ad-column','advertising2','divAdBox','mochila-column-right-ad-300x250-1','searchAdSenseBox','ad','ads','adsense'],l=a.length,i,s='',e;for(i=0;i<l;i++){if(!g(a[i])){s+='<a id="'+a[i]+'"></a>'}}c(s);l=a.length;for(i=0;i<l;i++){e=g(a[i]);if(e.offsetParent==null||(w.getComputedStyle?d.defaultView.getComputedStyle(e,null).getPropertyValue('display'):e.currentStyle.display )=='none'){return f('#'+a[i])}}}());(function(){var t=g(0,'img'),a=['/adaffiliate_','/adops/ad','/adsales/ad','/adsby.','/adtest.','/ajax/ads/ad','/controller/ads/ad','/pageads/ad','/weather/ads/ad','-728x90-'],i;if(typeof t[0]!=z&&typeof t[0].src!=z){i=new Image();i.onload=function(){this.onload=z;this.onerror=function(){f(this.src)};this.src=t[0].src+'#'+a.join('')};i.src=t[0].src}}());(function(){var o={'http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js':'google_ad_client','http://js.adscale.de/getads.js':'adscale_slot_id','http://get.mirando.de/mirando.js':'adPlaceId'},S=g(0,'script'),l=S.length-1,n,r,i,v,s;d.write=null;for(i=l;i>=0;--i){s=S[i];if(typeof o[s.src]!=z){n=d.createElement('script');n.type='text/javascript';n.src=s.src;v=o[s.src];w[v]=u;r=S[0];n.onload=n.onreadystatechange=function(){if(typeof w[v]==z&&(!this.readyState||this.readyState==="loaded"||this.readyState==="complete")){n.onload=n.onreadystatechange=null;r.parentNode.removeChild(n);w[v]=null}};r.parentNode.insertBefore(n,r);setTimeout(function(){if(w[v]!==null){f(n.src)}},2000);break}}}())}if(d.addEventListener){w.addEventListener('load',g207,false)}else{w.attachEvent('onload',g207)}})(window);</script>
  • Jika sudah simpan dan tes pakai adblock
  • Untuk kata - katanya "Please disable your ad blocker! This site is supported by the advertisement Please disable your ad blocker to support us!!" Bisa diganti sesuai selera, kalau tidak mau ribet ya abaikan saja.

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag 2

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag 2WANITA berkaos kaki hitam, begitu gw menyebutnya.
Entah kenapa gw yakin dia orang yg  nangis di depan kamar gw. Sementara Indra ngotot dengan pendapatnya, kalau wanita itu adalah hantu. Soalnya sejak hari pertama gw ketemu dia, sampai satu bulan setelahnya gw nggak pernah liat ada yg keluar masuk kamarnya. Aneh banget kan? Kalau memang  ada penghuninya pasti kelihatan lah siapa yg tinggal di sana. Ini benar-benar aneh. Nggak ada seorangpun yg keluar atau masuk. Sampai gw sempat nyaris setuju dengan pendapat si Gundul. Mungkin benar dia hantu?

Tapi secara keseluruhan gw mulai merasa nyaman tinggal di Karawang. Walaupun gw tetap nggak suka dengan udaranya yg panas, berangsur-angsur semuanya berjalan seperti bagaimana seharusnya. Adaptasi di tempat kerja pun bisa gw lakukan dengan baik. Di kosan sendiri gw mulai punya beberapa teman selain Indra. Malam Minggu sering nongkrong bareng sekedar gitaran atau main gaple. Lumayan mengobati kerinduan pada kampung halaman nun jauh di sana. Hehehe.


Soal wanita berkaoskaki hitam, gw berpikir untuk nggak mempermasalahkannya lagi. Toh selama sebulan ini gw nggak menemukan lagi kejadian aneh seperti malam pertama. Terserah deh  ya  mau  hantu  atau  jejadian  apapun, gw nggak tertarik lagi. Benar-benar nggak tertarik, sampai di suatu pagi, ketika gw lagi duduk sendirian di kursi kecil di depan kamar sambil ngemil. Indra yg semalam kerja lagi tidur di kamarnya.

Saat itulah terdengar langkah kaki menaiki tangga. Dan betapa kagetnya gw begitu tau yg muncul adalah wanita berkaoskaki hitam. Dia memakai kaos oblong putih dengan rok pendek selutut, plus stoking hitamnya. Dia sedikit terkejut begitu melihat gw.

“Pagi...”  dia menyapa gw Iya, dia nyapa gw!

“............”    Terdiam saking kagetnya.

Perasaan dulu dia dingin dan nggak bersahabat banget. Ini kok mendadak nyapa.

“Anak baru ya?” lanjutnya sambil berjalan ke pintu kamarnya.

Gw cuma bisa ngangguk. Dia sempat melempar senyum sebelum kemudian masuk  dan menutup pintu kamarnya.

Heyy, itu tadi beneran dia? Gw  bengong lagi selama beberapa saat. Entah apa yg kemudian mendorong gw ke kamar Indra dan mulai mengetuk pintunya yg terkunci.

“Dul...Dul...” gw memanggilnya. Setelah kenal dekat gw tau ternyata Indra biasa dipanggil teman-temannya di lantai bawah dengan panggilan `Gundul`. Ini tentu karna cukuran rambutnya.

“Ada apaan sih berisik gitu?” pintu akhirnya terbuka setelah beberapa saat nggak kunjung ada jawaban.

“Gw barusan ketemu dia!” kata gw dengan semangat.

“Dia siapa??” ujar Indra dengan  malasnya. Dia keliatan sangat ngantuk dan terganggu.

“Cewek itu,” sambil nunjuk pintu kamarnya. “Barusan gw ketemu dia. Dia sempet nyapa gw juga! Dia beneran manusia!”

“Yaelaah jadi cuma gara-gara gituan doank lo bangunin gw pagi-pagi?? Gw baru tidur bentar woyy!” katanya kesal.

“Sorry. Gw pikir lo mau tau.”

“Enggak. Ngapain juga gw kudu tau?

Bukan urusan gw. Udah ah gw mau tidur lagi.”

Dan pintu di hadapan gw dibanting dengan kasarnya.

“Ya seenggaknya lo kudu tau dia bukan hantu Dul!”

“Masa bodo!” sahut Indra dari dalam.

Ah, iya juga sih kenapa gw jadi heboh gini? Gw berdiri sambil senyum-senyum sendiri. Masih keingetan kejadian barusan. Senyumnya itu loh! Hey, jangan bilang gw jatuh  hati  pada pandangan pertama? Gw benci mengakuinya  but I like it! Ahahaha.

Dan hari ini sepertinya memang hari keberuntungan gw. Malam harinya gw mendapati wanita berkaoskaki hitam ini lagi duduk  di tembok beranda. Sendirian. Masih dengan pakaian yg dipakainya pagi tadi, dia duduk melamun dengan tatapan kosong sambil memeluk lutut.

“Hay,” gw menghampiri dan duduk agak jauh dari tempatnya. “Cuacanya cerah ya?”

“............”Diam.

“Malem-malem di luar sendirian, sambil ngelamun....bisa masuk angin loh,” gw tertawa sendiri.

Dia tetap diam. Nggak menunjukkan sedikitpun ketertarikannya buat membalas obrolan gw.

“Hooy...” gw melambaikan tangan di depan wajahnya. Dia bahkan nggak mengedipkan matanya! Cewek macam apa ini!

Lama-lama jadi kesal juga. Sombong banget ini orang, gerutu gw dalam  hati. Beberapa menit berlalu, cuma ada embusan angin malam yg membuat rambutnya riap-riapan. Gw diam. Dia pun samasekali nggak menggubris kehadiran gw di dekatnya.

“Ekhem,” entah ini yg ke berapa kalinya gw mencoba menarik perhatian si cewek misterius.

Dia masih sangat asyik dengan lamunannya.

“Oooooyy....” Beneran kesel gw!
Mendadak gw inget gitar punya si Indra

ada di kamar. Daripada membusuk karena dikacangin, gw putuskan maen gitar. Gw ke kamar ngambil gitar lalu kembali ke beranda. Kali ini gw duduk sedikit lebih dekat dengannya.

Gw putuskan nyanyi sebuah lagu. Gw pikir lagu ini cocok banget soalnya. Dan bermodal suara pas-pasan, gw pun menyanyi.

Tigapuluh menit kita di sini... Tanpa suara...
Dan aku benci harus menunggu lama... Kata darimu......

Setengah kaget gw terdiam. Wanita berkaoskaki hitam, dia ikut nyanyi.

Oke juga, kata gw dalam hati. Gw lanjutkan lagi. Dia pun masih ikut menyanyi.

Ada yang lain di senyummu Yang membuat lidahku Gugup tak bergerak
Ada pelangi di bola matamu.....

Suara cewek ini benar-benar lembut di telinga gw. Yaah biarpun liriknya banyak yg salah siih. Gw senyum sendiri mengiringi nyanyiannya. Tapi mendadak dia turun, lalu bergegas ke kamarnya tanpa menoleh ke arah gw.

“Hey, mau ke mana?” panggil gw.

Tentu saja ini sia-sia. Karena sedikitpun dia nggak akan menanggapinya.

“Seenggaknya selesaiin dulu lagunya laah............”

Dijawab dengan suara pintu yg terkunci. “............”
Karena kesal gw lanjutkan main gitar sendirian selama beberapa menit.

“Belum tidur lo Ri?” Indra muncul di ujung tangga setelah gw menyanyikan lagu ke enam malam itu.

“Eh....baru balik ngapel lo Dul. Sayang nih lo telat datangnya.”

“Emang kenapa?” dia menyalakan sebatang rokok dan duduk di sebelah gw.

“Gw tau lo nggak akan percaya ini,” gw semangat cerita. “Tapi tadi tuh cewek misterius di depan kamar gw, dia ada di sini. Nyanyi bareng gw!”

Indra kernyitkan dahi. Kepulan asap putih mengepul dari mulutnya.

“Yakin lo?” tanyanya datar.

“Sumpah demi apapun Ndra, gw nggak bohong.”

Dia geleng kepala nggak percaya.

“Besok gw anter lo ke psikiater ya?” katanya prihatin.

“Gw nggak gila, Dul.”

“Nah terus? Mana cewek yg lo  suka ceritain itu? Liat, bahkan lampu kamarnya pun nggak pernah nyala,” dia menunjuk pintu kamar cewek itu.

Hemmmph percuma juga gw ngedebat si Gundul. Pada kenyataannya, memang cuma gw yg pernah liat ada kehidupan di kamar itu. Entah kenapa tiap kali giliran Indra, dia nggak menemukan sesuatu apapun. Seolah dia nggak mau menampakkan diri di depan orang lain!

“Udah jam dua pagi,” ujar Indra. “Kayaknya lo begadang terlalu lama. Tidur gieh.”

Saat itulah ada panggilan masuk di handphone nya dan Indra bergegas masuk ke kamar.

Tinggal gw sendirian. Menatap sebal ke pintu kamar wanita berkaoskaki hitam. Sempat ada niat begadang sampe pagi buat nungguin  dia keluar dari kamarnya, tapi ngapain juga ya? Mengingat mata gw tinggal beberapa watt tersisa gw pun beranjak ke kamar gw.

Next Bagian 3
Novel Sepasang Kaos Kaki Hitam Adalah Novel Karya Ariadi Ginting a.k.a Pujangga.Lama.

Laskar Pelangi Bag 8 (Center of Excellence)

Laskar Pelangi Bag 8 (Center of Excellence)
SEKOLAH-SEKOLAH PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar besi tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellence atau tempat bagi semua hal yang terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina.

Gedung-gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur yang tak kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun yang edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam dinding, termometer, foto para ilmuwan dan penjelajah yang memberi inspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga konstelasi planet-planet.

Di dalam kelas-kelas itu puluhan siswa brilian bersaing ketat dalam standar mutu yang sanggat tinggi. Sekolah-sekolah ini memiliki perpustakaan, kantin, guru BP,

laboratorium, perlengkapan kesenian, kegiatan ekstrakurikuler yang bermutu, fasilitas hiburan, dan sarana olahraga—termasuk sebuah kolam renang yang masih disebut dalam bahasa Belanda: zwembad. Di depan pintu masuk kolam renang ini tentu saja terpampang peringatan tegas “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK”. Di setiap kelas ada kotak P3K berisi obat-obat pertolongan pertama. Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan langsung mendapatkan pertolongan cepat secara profesional atau segera dijemput oleh mobil ambulans yang meraung-raung.

Mereka memiliki petugas-petugas kebersihan khusus, guru-guru yang bergaji mahal, dan para penjaga sekolah yang berseragam seperti polisi lalu lintas dan selalu meniup-niup peluit. Tali merah bergulung-gulung keren sekali di bahu seragamnya itu.

“Jumlah gurunya banyak.”

Demikian ujar Bang Amran Isnaini bin Muntazis Ilham—yang pernah sekolah di sana—persis pada malam sebelum esoknya aku masuk pertama kali di SD Muhammadiyah itu.

Aku termenung.

“Setiap pelajaran ada gurunya masing-masing, walaupun kau baru kelas satu.” Maka pada malam itu aku tak bsia tidur akibat pusing menghitung berapa banyak
jumlah guru di sekolah PN, tentu saja juga selain karena rasa senang akan masuk sekolah besok.
Murid PN umumnya anak-anak orang luar Belitong yang bapaknya menjadi petinggi di PN. Sekolah ini juga menerima anak kampung seperti Bang Amran, tapi tentu saja yang orangtuanya sudah menjadi orang staf. Mereka semua bersih-bersih, rapi, kaya, necis, dan pintar-pintar luar biasa. Mereka selalu mengharumkan nama Belitong dalam lomba-lomba kecerdasan, bahkan sampai tingkat nasional. Sekolah PN sering dikunjungi para pejabat, pengawas sekolah, atau sekolah lain untuk melakukan semacam benchmarking, melihat bagaimana seharusnya ilmu pengetahuan ditransfer dan bagaimana anak-anak kecil dididik secara ilmiah.
Pendaftaran hari pertama di sekolah PN adalah sebuah perayaan penuh sukacita. Puluhan mobil mewah berderet di depan sekolah dan ratusan anak orang kaya mendaftar. Ada bazar dan pertunjukan seni para siswa. Setiap kelas bisa menampung hampir sebanyak 40 siswa dan paling tidak ada 4 kelas untuk setiap tingkat. SD PN tidak akan

membagi satu pun siswanya kepada sekolah-sekolah lain yang kekurangan murid karena sekolah itu memiliki sumber daya yang melimpah ruah untuk mengakomodasi berapa pun jumlah siswa baru. Lebih dari itu, bersekolah di PN adalah sebuah kehormatan, hingga tak seorang pun yang berhak sekolah di situ sudi dilungsurkan ke sekolah lain.
Ketika mendaftar badan mereka langsung diukur untuk tiga macam seragam harian dan dua macam pakaian olah raga. Mereka juga langsung mendapat kartu perpustakaan dan bertumpuk-tumpuk buku acuan wajib. Seragamnya untuk hari Senin adalah baju biru bermotif bunga rambat yang indah. Sepatu yang dikenakan berhak dan berwarna hitam mengilat. Sangat gagah ketika ber-marching band melintasi kampung. Melihat mereka aku segera teringat pada sekawanan anak kecil yang lucu, putih, dan bersayap, yang turun dari awan—seperti yang biasa kita lihat pada gambar-gambar buku komik. Setiap pagi para murid PN dijemput oleh bus-bus sekolah berwarna biru.
Kepala sekolahnya adalah seorang pejabat penting, Ibu Frischa namanya. Caranya ber-make up jelas memperlihatkan dirinya sedang bertempur mati-matian melawan usia dan tampak jelas pula, dalam pertempuran itu, beliau telah kalah. Ia seorang wanita keras yang terpelajar, progresif, ambisius, dan sering habis-habisan menghina sekolah kampung. Gerak geriknya diatur sedemikian rupa sebagai penegasan kelas sosialnya. Di dekatnya siapa pun akan merasa terintimidasi.
Kalau sempat berbicara dengan beliau, maka ia sama seperti orang Melayu yang baru belajar memasak, bumbunya cukup tiga macam: pembicaraan tentang fasilitas-fasilitas sekolah PN, anggaran ekstrakurikuler jutaan rupiah, dan tentang murid-muridnya yang telah menajdi dokter, insinyur, ahli ekonomi, pengusaha, dan orang-orang sukses di kota atau bahkan di luar negeri. Bagi kami yang waktu itu masih kecil, masih berpandangan hitam putih, beliau adalah seorang tokoh antagonis.
Yang dimaksud dengan sekolah kampung tentu saja adalah perguruan Muhammadiyah dan beberapa sekolah swasta miskin lainnya di Belitong. Selain sekolah miskin itu memang terdapat pula beberapa sekolah negeri di kampung kami. Namun kondisi sekolah negeri tentu lebih baik karena mereka disokong oleh negara. Sementara sekolah kampung adalah sekolah swadaya yang kelelahan menyokong dirinya sendiri.

Next Bagian 9 (Penyakit Gila No 5)


Laskar Pelangi Adalah Novel Karya Andrea Hirata
Tanpa Bermaksud Merugikan Sang Penulis,Cuma Sekedar Sharing Saja. Jangan Lupa Silahkan Beli Novel Karya - Karya Beliau.

Film Indonesia Toba Dreams (Subtitle English)


Film Indonesia Toba Dreams (Subtitle English)
Sinopsis :
Film Indonesia Toba Dreams Menceritakan sesorang Sersan Tebe, seorang yang dulunya pernah menjadi prajurit Indonesia yang kali ini dia mengandalkan hidupnya dengan uang pensiunannya, Dia mulai mengalami banyak kesulitan terutama dalam mengurus anak anaknya dan yang terutama adalah anak pertamanya yang sering bertentangan dengannya, dia adalah Ronggur yang diperankan oleh Vino G.Bastian. Sersan Tebe ingin mengajak seluruh anak anaknya pulang ke kampung halaman, namun sulit untuk mengatur Ronggur , dia justru malah memilih untuk mencari kehidupannya sendiri dijakarta, dalam hal itu ia mulai bertentangan pendapat dengan orang tuanya ia berusaha mencari jati diri dan mencari kehidupan sendiri, inilah pemikiran Ronggur saat ini.Ronggur kemudian merantau ke Jakarta. Disana, Ronggur menjelma menjadi pentolan sebuah geng narkoba dan meraih sukses. Dia kemudian memenjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Andini. Namun hubungannya itu ditentang oleh orangtuanya yang tak merestui hubungan mereka. Bagaimana kisah kelanjutan Ronggur di jakarta,  saksikanlah langsung dengan mengunduh filmya di di link bawah ini :