Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag 2

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag 2WANITA berkaos kaki hitam, begitu gw menyebutnya.
Entah kenapa gw yakin dia orang yg  nangis di depan kamar gw. Sementara Indra ngotot dengan pendapatnya, kalau wanita itu adalah hantu. Soalnya sejak hari pertama gw ketemu dia, sampai satu bulan setelahnya gw nggak pernah liat ada yg keluar masuk kamarnya. Aneh banget kan? Kalau memang  ada penghuninya pasti kelihatan lah siapa yg tinggal di sana. Ini benar-benar aneh. Nggak ada seorangpun yg keluar atau masuk. Sampai gw sempat nyaris setuju dengan pendapat si Gundul. Mungkin benar dia hantu?

Tapi secara keseluruhan gw mulai merasa nyaman tinggal di Karawang. Walaupun gw tetap nggak suka dengan udaranya yg panas, berangsur-angsur semuanya berjalan seperti bagaimana seharusnya. Adaptasi di tempat kerja pun bisa gw lakukan dengan baik. Di kosan sendiri gw mulai punya beberapa teman selain Indra. Malam Minggu sering nongkrong bareng sekedar gitaran atau main gaple. Lumayan mengobati kerinduan pada kampung halaman nun jauh di sana. Hehehe.


Soal wanita berkaoskaki hitam, gw berpikir untuk nggak mempermasalahkannya lagi. Toh selama sebulan ini gw nggak menemukan lagi kejadian aneh seperti malam pertama. Terserah deh  ya  mau  hantu  atau  jejadian  apapun, gw nggak tertarik lagi. Benar-benar nggak tertarik, sampai di suatu pagi, ketika gw lagi duduk sendirian di kursi kecil di depan kamar sambil ngemil. Indra yg semalam kerja lagi tidur di kamarnya.

Saat itulah terdengar langkah kaki menaiki tangga. Dan betapa kagetnya gw begitu tau yg muncul adalah wanita berkaoskaki hitam. Dia memakai kaos oblong putih dengan rok pendek selutut, plus stoking hitamnya. Dia sedikit terkejut begitu melihat gw.

“Pagi...”  dia menyapa gw Iya, dia nyapa gw!

“............”    Terdiam saking kagetnya.

Perasaan dulu dia dingin dan nggak bersahabat banget. Ini kok mendadak nyapa.

“Anak baru ya?” lanjutnya sambil berjalan ke pintu kamarnya.

Gw cuma bisa ngangguk. Dia sempat melempar senyum sebelum kemudian masuk  dan menutup pintu kamarnya.

Heyy, itu tadi beneran dia? Gw  bengong lagi selama beberapa saat. Entah apa yg kemudian mendorong gw ke kamar Indra dan mulai mengetuk pintunya yg terkunci.

“Dul...Dul...” gw memanggilnya. Setelah kenal dekat gw tau ternyata Indra biasa dipanggil teman-temannya di lantai bawah dengan panggilan `Gundul`. Ini tentu karna cukuran rambutnya.

“Ada apaan sih berisik gitu?” pintu akhirnya terbuka setelah beberapa saat nggak kunjung ada jawaban.

“Gw barusan ketemu dia!” kata gw dengan semangat.

“Dia siapa??” ujar Indra dengan  malasnya. Dia keliatan sangat ngantuk dan terganggu.

“Cewek itu,” sambil nunjuk pintu kamarnya. “Barusan gw ketemu dia. Dia sempet nyapa gw juga! Dia beneran manusia!”

“Yaelaah jadi cuma gara-gara gituan doank lo bangunin gw pagi-pagi?? Gw baru tidur bentar woyy!” katanya kesal.

“Sorry. Gw pikir lo mau tau.”

“Enggak. Ngapain juga gw kudu tau?

Bukan urusan gw. Udah ah gw mau tidur lagi.”

Dan pintu di hadapan gw dibanting dengan kasarnya.

“Ya seenggaknya lo kudu tau dia bukan hantu Dul!”

“Masa bodo!” sahut Indra dari dalam.

Ah, iya juga sih kenapa gw jadi heboh gini? Gw berdiri sambil senyum-senyum sendiri. Masih keingetan kejadian barusan. Senyumnya itu loh! Hey, jangan bilang gw jatuh  hati  pada pandangan pertama? Gw benci mengakuinya  but I like it! Ahahaha.

Dan hari ini sepertinya memang hari keberuntungan gw. Malam harinya gw mendapati wanita berkaoskaki hitam ini lagi duduk  di tembok beranda. Sendirian. Masih dengan pakaian yg dipakainya pagi tadi, dia duduk melamun dengan tatapan kosong sambil memeluk lutut.

“Hay,” gw menghampiri dan duduk agak jauh dari tempatnya. “Cuacanya cerah ya?”

“............”Diam.

“Malem-malem di luar sendirian, sambil ngelamun....bisa masuk angin loh,” gw tertawa sendiri.

Dia tetap diam. Nggak menunjukkan sedikitpun ketertarikannya buat membalas obrolan gw.

“Hooy...” gw melambaikan tangan di depan wajahnya. Dia bahkan nggak mengedipkan matanya! Cewek macam apa ini!

Lama-lama jadi kesal juga. Sombong banget ini orang, gerutu gw dalam  hati. Beberapa menit berlalu, cuma ada embusan angin malam yg membuat rambutnya riap-riapan. Gw diam. Dia pun samasekali nggak menggubris kehadiran gw di dekatnya.

“Ekhem,” entah ini yg ke berapa kalinya gw mencoba menarik perhatian si cewek misterius.

Dia masih sangat asyik dengan lamunannya.

“Oooooyy....” Beneran kesel gw!
Mendadak gw inget gitar punya si Indra

ada di kamar. Daripada membusuk karena dikacangin, gw putuskan maen gitar. Gw ke kamar ngambil gitar lalu kembali ke beranda. Kali ini gw duduk sedikit lebih dekat dengannya.

Gw putuskan nyanyi sebuah lagu. Gw pikir lagu ini cocok banget soalnya. Dan bermodal suara pas-pasan, gw pun menyanyi.

Tigapuluh menit kita di sini... Tanpa suara...
Dan aku benci harus menunggu lama... Kata darimu......

Setengah kaget gw terdiam. Wanita berkaoskaki hitam, dia ikut nyanyi.

Oke juga, kata gw dalam hati. Gw lanjutkan lagi. Dia pun masih ikut menyanyi.

Ada yang lain di senyummu Yang membuat lidahku Gugup tak bergerak
Ada pelangi di bola matamu.....

Suara cewek ini benar-benar lembut di telinga gw. Yaah biarpun liriknya banyak yg salah siih. Gw senyum sendiri mengiringi nyanyiannya. Tapi mendadak dia turun, lalu bergegas ke kamarnya tanpa menoleh ke arah gw.

“Hey, mau ke mana?” panggil gw.

Tentu saja ini sia-sia. Karena sedikitpun dia nggak akan menanggapinya.

“Seenggaknya selesaiin dulu lagunya laah............”

Dijawab dengan suara pintu yg terkunci. “............”
Karena kesal gw lanjutkan main gitar sendirian selama beberapa menit.

“Belum tidur lo Ri?” Indra muncul di ujung tangga setelah gw menyanyikan lagu ke enam malam itu.

“Eh....baru balik ngapel lo Dul. Sayang nih lo telat datangnya.”

“Emang kenapa?” dia menyalakan sebatang rokok dan duduk di sebelah gw.

“Gw tau lo nggak akan percaya ini,” gw semangat cerita. “Tapi tadi tuh cewek misterius di depan kamar gw, dia ada di sini. Nyanyi bareng gw!”

Indra kernyitkan dahi. Kepulan asap putih mengepul dari mulutnya.

“Yakin lo?” tanyanya datar.

“Sumpah demi apapun Ndra, gw nggak bohong.”

Dia geleng kepala nggak percaya.

“Besok gw anter lo ke psikiater ya?” katanya prihatin.

“Gw nggak gila, Dul.”

“Nah terus? Mana cewek yg lo  suka ceritain itu? Liat, bahkan lampu kamarnya pun nggak pernah nyala,” dia menunjuk pintu kamar cewek itu.

Hemmmph percuma juga gw ngedebat si Gundul. Pada kenyataannya, memang cuma gw yg pernah liat ada kehidupan di kamar itu. Entah kenapa tiap kali giliran Indra, dia nggak menemukan sesuatu apapun. Seolah dia nggak mau menampakkan diri di depan orang lain!

“Udah jam dua pagi,” ujar Indra. “Kayaknya lo begadang terlalu lama. Tidur gieh.”

Saat itulah ada panggilan masuk di handphone nya dan Indra bergegas masuk ke kamar.

Tinggal gw sendirian. Menatap sebal ke pintu kamar wanita berkaoskaki hitam. Sempat ada niat begadang sampe pagi buat nungguin  dia keluar dari kamarnya, tapi ngapain juga ya? Mengingat mata gw tinggal beberapa watt tersisa gw pun beranjak ke kamar gw.

Next Bagian 3
Novel Sepasang Kaos Kaki Hitam Adalah Novel Karya Ariadi Ginting a.k.a Pujangga.Lama.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag 2"

Posting Komentar